BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sosiolinguistik adalah bidang kajian tentang ciri
khas bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa. Karena ketiga
unsur selalu berinteraksi, berubah dan saling mengubah satu sama lain dalam
satu masyarakat tutur.
Sosiolinguistik meliputi tiga hal yaitu bahasa,
masyarakat dan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Dalam kehidupan
sehari-hari, banyak dijumpai masyarakat penutur asli yang beralih kode.
Masalah yang akan menjadi pengamatan penulis dalam
makalah ini adalahtentang alih kode. Cara seorang penutur beralih kode
berbeda-beda, tergantung situasi dan kondisinya. Tetapi sebelum itu penulis
akan mendeskripsikan pengertian alih kode.
Harimurti mengartikan
kode sebagai lambang atau sistem ungkapan yang dipakai dalam menggambarkan
makna tertentu dan bahasa manusia adalah sejenis kode. Sedangkan menurut
Nababan, alih kode bisa terjadi jika keadaan berbahasa itu menuntut penutur
mengganti bahasa atau ragam bahasa yang sedang dipakai. Jadi peristiwa alih
kode bisa terjadi ketika hadirnya penutur ketiga pada saat penutup pertama
berdialog bersama penutur kedua.
B.
Masalah
Masalah yang akan menjadi pengamatan penulis dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah
penyebab seorang penutur beralih kode?
2. Bagaimana
cara seorang penutur bahasa jawa mempertahankan bahasanya di masyarakat?
C.
Tujuan
1. Penulis
ingin menjelaskan hasil dari penelitian apakah factor yang menyebabkan seorang
penutur beralih kode.
2. Penulis
ingin menjelaskan bagaimana seorang penutur mempertahankan bahasanya di daerah
yang asing baginya
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Landasan
Teori
Alih
kode adalah pemakaian secara bergantian dua atau lebih bahasa, versi-versi dari
bahasa yang sama atau bahkan gaya-gaya bahasanya dalam satu situasi bicara oleh
seseorang pembicara (Dell Hymes dalam Harimurti Kridalaksana, 1986:201).
Kegiatan alih kode dapat terjadi
pada setiap
penutur bahasa. Kegiatan alih kode yang terjadi pada penutur ekabahasawan, misalnya beralihnya seseorang dari ragam bahasa yang satu keragam bahasa yang lain dalam bahasa yang sama. Kegiatan alih kode yang terjadi pada penutur dwibahasawan, misalnya beralihnya seseorang dari bahasa yang satu kepada bahasa yang lain dalam suatu peristiwa bicara.
penutur bahasa. Kegiatan alih kode yang terjadi pada penutur ekabahasawan, misalnya beralihnya seseorang dari ragam bahasa yang satu keragam bahasa yang lain dalam bahasa yang sama. Kegiatan alih kode yang terjadi pada penutur dwibahasawan, misalnya beralihnya seseorang dari bahasa yang satu kepada bahasa yang lain dalam suatu peristiwa bicara.
Kata kode meliputi bahasa dengan segala unsur-unsurnya (seperti kalimat,
kata, morem, maupun fonem), variasi-variasi bahasa, dan gaya-gaya bahasa.
Sedangkan alih kode adalah pertukaran dari satu bahasa ke bahasa lain, atau
pertukaran dari satu variasi bahasa ke bahasa variasi bahasa lain dalam bahasa
yang sama, ataupun pertukaran dari satu gaya bahasa yang satu ke gaya bahasa
yang lain dalam bahasa yang sama.
Berikut ini merupakan pengertian alih kode menurut
pendapat para ahli.
a. Nababan
(1991 : 6) berpendapat bahwa alih kode terjadi kalau keadaan berbahasa itu
menuntut penutur mengganti bahasa atau ragam bahasa yang sedang dipakai.
b. Suwito
(1996 : 80) menyatakan bahwa alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode
yang satu ke kode yang lain.
c. Paul
(1997 : 71) berpendapat bahwa alih kode pada hakikatnya merupakan pergantian
pemakaian bahasa atau di dialek.
Jadi bisa disimpulkan bahwa alih kode adalah peristiwa bealihnya suatu
ujaran akibat hadirnya orang ketiga diantara orang pertama dan orang kedua.
B.
Deskripsi
Hasil Pengamatan
Lokasi : Di rumah kontrakan
Bahasa : Bahasa Jawa Ngapak Dan Bahasa melayu Ketapang
Hari/tanggal : Sabtu/17 Desember 2011
Waktu : Pukul 21.30 Wib
Topik : Rencana olahraga di GOR
Pangsuma
Dika : Kang, ngesuk dewek olahraga yoh?
(bang,
besok kita olahraga yuk?)
Rofik : Mang ndi Dik?
(kemana
Dik?)
Dika : Kepriwe angger dewek meng GOR bae?
(bagaimana
jika kita pergi ke GOR saja?)
Rofik : Iya lah… Emange dewek lungak kurwong loro?
(baiklah…
tapi apakah kita Cuma pergi berdua?)
Dika : Ora, inyong nggarep nyengi bang Lihun.
(tidak, saya akan mengajak bang Lihun)
Terjadilah peristiwa alih kode.
Dika : Bang Lihun… Bang Lihun…
(Bang Lihun… Bang Lihun…)
Lihun : iye, ngape Dik?
(iya, ada apa Dik?)
Dika : Besok Kite ke GOR yom?
(besok Kita pergi ke GOR yuk?)
Lihun : Emangnye ade acare ape di senun te?
(memangnya ada acara apa di sana?)
Dika : Dak ade ape-ape ak, cume maok olahraga
jak.
(tidak ada apa-apa, Cuma mau olahraga saja)
Lihun : Aok bah.
(iya)
Dari dialog di atas, dapat disimpulkan bahwa peristiwa alih kode bisa
terjadi karena perbedaan lawan bicara. Dika adalah seorang yang bilingualisme
karena dia bisa menguasai dua bahasa, yaitu Bahasa Jawa Ngapak Dan Bahasa
melayu Ketapang. Sedangkan Lihun dan Rofik hanya menguasai bahasanya
masing-masing.
Seseorang bisa beralih kode karena:
1.
Hadirnya orang ketiga yang tidak mengerti
tentang bahasa antara penutur pertama dan kedua.
2.
Pembahasan yang dibicarakan kurang menarik.
3.
Hadirnya seseorang yang kita anggap lebih
tinggi, misalnya seorang siswa berbicara bukan tentang masalah pelajaran.
Tetapi ketika gurunya datang, mereka langsung membicarakan tentang pelajaran.
4.
Menghormati orang lain.
Cara
seorang penutur bahasa jawa mempertahankan bahasanya di masyarakat adalah:
1.
Sering bebicara dengan mitra tutur yang bisa
berbahasa jawa.
2.
Sering pergi ke tempat dimana banyak perkmpulan
orang-orang yang berbahasa jawa.
3.
Sering mendengarkan lagu-lagu yang berbahasa
jawa.
4.
Menyisipkan kata-kata bahasa jawa yang agak
mudah dimengerti oleh mitra tutur asing.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Peristiwa
alih kode bisa saja terjadi dimana saja dan terjadi pada siapa saja.
2. Seseorang
melakukan alih kode supaya suatu argumen bisa diterima oleh mitra tutur dengan
mudah.
3. Seorang
penutur bahasa jawa bisa menpertahankan bahasanya jika dia sering menggunakan kata-kata
tersebut dalam suatu pembicaraan.
B.
Saran
Jika seseorang ingin membuat atau meneliti suatu bahasa di masyarakat
umum, hendaknya dia terjun langsung di masyarakat umum, jangan hanya meneliti
di satu tempat yang kecil yang jauh dari perkembangan zaman. Pada saat
meneliti, pastikan si penutur yang kita jadikan bahan penelitian benar-benar
menguasai bahasa yang ingin kita teliti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar