Sabtu, 15 September 2012

Makalah Sosiolonguistik


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sosiolinguistik adalah bidang kajian tentang ciri khas bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa. Karena ketiga unsur selalu berinteraksi, berubah dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur.
Sosiolinguistik meliputi tiga hal yaitu bahasa, masyarakat dan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai masyarakat penutur asli yang beralih kode.
Masalah yang akan menjadi pengamatan penulis dalam makalah ini adalahtentang alih kode. Cara seorang penutur beralih kode berbeda-beda, tergantung situasi dan kondisinya. Tetapi sebelum itu penulis akan mendeskripsikan pengertian alih kode.
Harimurti mengartikan kode sebagai lambang atau sistem ungkapan yang dipakai dalam menggambarkan makna tertentu dan bahasa manusia adalah sejenis kode. Sedangkan menurut Nababan, alih kode bisa terjadi jika keadaan berbahasa itu menuntut penutur mengganti bahasa atau ragam bahasa yang sedang dipakai. Jadi peristiwa alih kode bisa terjadi ketika hadirnya penutur ketiga pada saat penutup pertama berdialog bersama penutur kedua.


B.     Masalah
Masalah yang akan menjadi pengamatan penulis dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Apakah penyebab seorang penutur beralih kode?
2.    Bagaimana cara seorang penutur bahasa jawa mempertahankan bahasanya di masyarakat?

C.    Tujuan
1.      Penulis ingin menjelaskan hasil dari penelitian apakah factor yang menyebabkan seorang penutur beralih kode.
2.      Penulis ingin menjelaskan bagaimana seorang penutur mempertahankan bahasanya di daerah yang asing baginya

  

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Landasan Teori

Alih kode adalah pemakaian secara bergantian dua atau lebih bahasa, versi-versi dari bahasa yang sama atau bahkan gaya-gaya bahasanya dalam satu situasi bicara oleh seseorang pembicara (Dell Hymes dalam Harimurti Kridalaksana, 1986:201).
 Kegiatan alih kode dapat terjadi pada setiap
penutur bahasa. Kegiatan alih kode yang terjadi pada penutur ekabahasawan, misalnya beralihnya seseorang dari ragam bahasa yang satu keragam bahasa yang lain dalam bahasa yang sama. Kegiatan alih kode yang terjadi pada penutur dwibahasawan, misalnya beralihnya seseorang dari bahasa yang satu kepada bahasa yang lain dalam suatu peristiwa bicara.
Kata kode meliputi bahasa dengan segala unsur-unsurnya (seperti kalimat, kata, morem, maupun fonem), variasi-variasi bahasa, dan gaya-gaya bahasa. Sedangkan alih kode adalah pertukaran dari satu bahasa ke bahasa lain, atau pertukaran dari satu variasi bahasa ke bahasa variasi bahasa lain dalam bahasa yang sama, ataupun pertukaran dari satu gaya bahasa yang satu ke gaya bahasa yang lain dalam bahasa yang sama.
Berikut ini merupakan pengertian alih kode menurut pendapat para ahli.
a.    Nababan (1991 : 6) berpendapat bahwa alih kode terjadi kalau keadaan berbahasa itu menuntut penutur mengganti bahasa atau ragam bahasa yang sedang dipakai.
b.    Suwito (1996 : 80) menyatakan bahwa alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain.
c.    Paul (1997 : 71) berpendapat bahwa alih kode pada hakikatnya merupakan pergantian pemakaian bahasa atau di dialek.
Jadi bisa disimpulkan bahwa alih kode adalah peristiwa bealihnya suatu ujaran akibat hadirnya orang ketiga diantara orang pertama dan orang kedua.

B.     Deskripsi Hasil Pengamatan

Lokasi             : Di rumah kontrakan
Bahasa : Bahasa Jawa Ngapak Dan Bahasa melayu Ketapang
Hari/tanggal    : Sabtu/17 Desember 2011
Waktu             : Pukul 21.30 Wib
Topik               : Rencana olahraga di GOR Pangsuma




Dika    : Kang, ngesuk dewek olahraga yoh?
              (bang, besok kita olahraga yuk?)
Rofik   : Mang ndi Dik?
              (kemana Dik?)
Dika    : Kepriwe angger dewek meng GOR bae?
(bagaimana jika kita pergi ke GOR saja?)
Rofik   : Iya lah… Emange dewek lungak kurwong loro?
              (baiklah… tapi apakah kita Cuma pergi berdua?)
Dika    : Ora, inyong nggarep nyengi bang Lihun.
(tidak, saya akan mengajak bang Lihun)
Terjadilah peristiwa alih kode.
Dika    : Bang Lihun… Bang Lihun…
(Bang Lihun… Bang Lihun…)
Lihun   : iye, ngape Dik?
(iya, ada apa Dik?)
Dika    : Besok Kite ke GOR yom?
(besok Kita pergi ke GOR yuk?)
Lihun   : Emangnye ade acare ape di senun te?
(memangnya ada acara apa di sana?)
Dika    : Dak ade ape-ape ak, cume maok olahraga jak.
(tidak ada apa-apa, Cuma mau olahraga saja)
Lihun   : Aok bah.
(iya)

Dari dialog di atas, dapat disimpulkan bahwa peristiwa alih kode bisa terjadi karena perbedaan lawan bicara. Dika adalah seorang yang bilingualisme karena dia bisa menguasai dua bahasa, yaitu Bahasa Jawa Ngapak Dan Bahasa melayu Ketapang. Sedangkan Lihun dan Rofik hanya menguasai bahasanya masing-masing.
Seseorang bisa beralih kode karena:
1.        Hadirnya orang ketiga yang tidak mengerti tentang bahasa antara penutur pertama dan kedua.
2.        Pembahasan yang dibicarakan kurang menarik.
3.        Hadirnya seseorang yang kita anggap lebih tinggi, misalnya seorang siswa berbicara bukan tentang masalah pelajaran. Tetapi ketika gurunya datang, mereka langsung membicarakan tentang pelajaran.
4.        Menghormati orang lain.
Cara seorang penutur bahasa jawa mempertahankan bahasanya di masyarakat adalah:
1.        Sering bebicara dengan mitra tutur yang bisa berbahasa jawa.
2.        Sering pergi ke tempat dimana banyak perkmpulan orang-orang yang berbahasa jawa.
3.        Sering mendengarkan lagu-lagu yang berbahasa jawa.
4.        Menyisipkan kata-kata bahasa jawa yang agak mudah dimengerti oleh mitra tutur asing.

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
1.      Peristiwa alih kode bisa saja terjadi dimana saja dan terjadi pada siapa saja.
2.      Seseorang melakukan alih kode supaya suatu argumen bisa diterima oleh mitra tutur dengan mudah.
3.      Seorang penutur bahasa jawa bisa menpertahankan bahasanya jika dia sering menggunakan kata-kata tersebut dalam suatu pembicaraan.
B.     Saran
Jika seseorang ingin membuat atau meneliti suatu bahasa di masyarakat umum, hendaknya dia terjun langsung di masyarakat umum, jangan hanya meneliti di satu tempat yang kecil yang jauh dari perkembangan zaman. Pada saat meneliti, pastikan si penutur yang kita jadikan bahan penelitian benar-benar menguasai bahasa yang ingin kita teliti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar