Bab
I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Keberhasilan sebuah pembelajaran
bahasa akan sangat bergantung pada komponen yang terlibat dalam pembelajaran.
Komponen tersebut di antaranya adalah siswa sebagai subjek didik dan materi
pembelajaran bahasa yang dipelajari oleh siswa. Karena itulah, dalam pembelajaran
bahasa pemahaman tentang psikolinguistik dipandang penting. Melalui psikologi
dipelajari mengenai siswa dan melalui linguistik dipelajari mengenai materi
bahasa. Melalui interdisiplin ini dapat dipahami proses yang terjadi dalam diri
siswa ketika memahami materi bahasa.
Pembelajaran merupakan suatu sistem. Artinya, pembelajaran merupakan satu kesatuan yang terdiri atas berbagai komponen yang saling menunjang. Karena itu, keberhasilan pembelajaran akan ditentukan oleh komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah guru, siswa, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan teknik pembelajaran, evaluasi, serta sarana yang dibutuhkan.
Pembelajaran merupakan suatu sistem. Artinya, pembelajaran merupakan satu kesatuan yang terdiri atas berbagai komponen yang saling menunjang. Karena itu, keberhasilan pembelajaran akan ditentukan oleh komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah guru, siswa, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan teknik pembelajaran, evaluasi, serta sarana yang dibutuhkan.
Demikian pula dalam pembelajaran Bahasa, agar pembelajaran bahasa berhasil, komponen-komponen tadi harus diperhatikan. Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa, bukan hanya faktor guru dan materi pembelajaran bahasa yang harus diperhatikan, siswa pun sebagai subjek didik harus diperhatikan demi keberhasilan pembelajaran.
B.
Masalah
a.
Seberapa eratkah hubungan antara psikologi dan
linguistic?
b.
Bagaimana hubungan psikolinguistik dengan
ilmu-ilmu yang lainnya?
C.
Tujuan dan Manfaat
c.
Mengetahui penjabaran istilah psikolinguistik
menurut para ahli.
d.
Mengetahui hubungan antara psikologi,
linguistic, dan ilmu-ilmu lainnya.
Bab II
Pembahasan
A. Psikolinguistik
Pada awalnya,
psikolinguistik bukanlah ilmu mandiri yang
dikaji
secara khusus. Psikolinguistik merupakan ilmu yang dikaji secara
terpisah baik oleh pakar linguistik maupun pakar psikologi. Istilah psikolinguistik sendiri pertama kali digunakan oleh Thomas A. Sebeok dan Charles E. Osgood pada tahun 1954 pada sebuah buku yang berjudul Psycholinguistik : A Survey of Theory and Research Problems. Walaupun sebetulnya, pengkajian ilmunya telah dimulai sejak zaman Sokrates dan Panini.
terpisah baik oleh pakar linguistik maupun pakar psikologi. Istilah psikolinguistik sendiri pertama kali digunakan oleh Thomas A. Sebeok dan Charles E. Osgood pada tahun 1954 pada sebuah buku yang berjudul Psycholinguistik : A Survey of Theory and Research Problems. Walaupun sebetulnya, pengkajian ilmunya telah dimulai sejak zaman Sokrates dan Panini.
Dua aliran filsafat, yakni
empirisme dan
rasionalisme turut
berkontribusi
dalam perkembangan
pemikiran para
ilmuan di dua ranah
ilmu
tadi. Filsafat empirisme
mengagnggap
bahwa ilmu merupakan objek kajian yang dapat dikenali secara inderawi. Filsafat ini erat kaitannnya
dengan psikologi asosiasi. Aliran tersebut di atas mengkaji objek ilmu dengan
menganalisis unsur-unsur pembentuknya sampai sekecil-kecilnya. Aliran filsafat rasionalisme mengkaji bahwa akal sebagai faktor yang harus dikaji
agar
memahami perilaku manusia. Turunan aliran rasionalisme ini adalah faham nativisme, idealisme, dan mentalisme.
B. Psikologi dalam Linguistik
Beberapa tokoh linguistik yang tertarik untuk mengkaji
bahasa secara
psikologi adalah Von Humbolt, Ferdinand de Saussure, Edward Sapir,
Leonard Bloomfield, dan Otto
Jespersen.
1.
Von Humbolt (1767-1835)
Hasil penelitian ahli linguitik asal Jeman ini
menunjukkan bahwa tatabahasa suatu bangsa
menunjukkan
pandangan
hidup bangsa tersebut. Von
Humbolt sangat dipengaruhi aliran rasionalisme
yang menganggap bahwa bahasa
adalah bagian yang tidak dapat dipotong-potong atau diklasifikasikan
seperti pada pendapat aliran empirisme.
2.
Ferdinand de Saussure
(1858-1913)
Dalam
perkuliahannya
memperkenalkan tiga istilah penting dalam
linguistik, yaitu langue, langage dan parole. Langue bermakna bahasa tertentu yang masih bersifat abstrak, langage
bermakna bahasa yang bersifat umum, sedangkan parole merupakan
bahasa tuturan secara konkret. Saussure menegaskan bahwa kajian linguistik
adalah langue, sedangkan objek kajian psikologi adalah parole.
Oleh karena
itu, linguis berkebangsaan
Swiss ini berpendapat, jika ingin mengkaji bahasa
secara utuh, maka ilmu yang dapat mengkajinya
adalah linguistik dan
psikologi.
3.
Edward Sapir (1884-1939)
Mengkaji hubungan antara bahasa dengan
pikiran. Berdasarkan kajiannya, linguis dan antropologis asal Amerika ini
berkesimpulan bahwa bahasa terutama strukturnya merupakan unsur yang mennetukan struktur pikiran manusia. Dia pun menambahkan bahwa
linguistik dapat berkontribusi pada teori
psikologi Gestalt, begitu pula sebaliknya.
4.
Leonard Bloomfield (1887-1949)
Pada perkembangan ilmunya banyak dipengaruhi oleh dua aliran psikologi yang bertentangan, yakni behaviorisme
dan mentalisme.
Pada
awalnya,
linguis Amerika
ini mengkaji
bahasa
dengan pendekatan
mentalisme. Dia
berpendapat bahwa berbahasa dimulai
dari melahirkan pengalaman luar biasa
, terutama karena penjelmaan tekanan
emosi yang sangat kuat. Karena tekanan emosi itulah maka akan keluar
ucapan atau kalimat berbentuk eklamasi, lalu keluar keinginan berkomunikasi
berupa deklarasi. Jika
keinginan
deklasi ini keluar dalam bentuk keingintahuan maka keluarlah interogasi. Pada tahun 1925 Bloomfield
meninggalkan aliran empirisme dan beralih pada aliran behaviorisme, yang memunculkan teori
bahasa
“linguistik struktural”
dan “linguistik
taksonomi”.
5.
Otto Jesperson
Beraliran mentalistik dan berbau behaviorisme.
Jesperson berpendapat bahwa bahasa bukanlah suatu wujud pengertian satu
benda tetapi merupakan fungsi-fungsi lambang di dalam otak manusia
yang melambangkan
pikiran. Menurutnya, satu kata pun dapat diwujudkan
dalam perilaku.
C. Linguistik dalam Psikologi
Pada perkembangannya, ada beberapa pakar psikologi yang juga
mengkaji psikologi secara linguistis. Pakar-pakar itu adalah John Dewey,
Karl Buchler, Wundt, Watson, dan Weiss.
1.
John
Dewey (1859-1952)
Merupakan psikolog kebangsaan Amerika yang menganut empirisme murni. Beliau menafsirkan bahasa kanak-kanak berdasarkan
prinsip-prinsip
psikologi. Beliau menyarankan agar
penggolongan kata-kata untuk anak-anak berdasarkan pada makna yang
dipahami anak-anak.
2.
Karl Buchler
Ialah pakar psilogi kebangsaan Jerman. Beliau menulis
buku berjudul Sparch Theorie (1934) yang menyatakan
bahwa bahasa manusia
memiliki tiga fungsi yang disebut Organon Modell der Saprch yaitu Kungabe
(Ausdruck) Appell (Auslosung) dan Darstellung. Kungabe
adalah tindakan
komunikatif
berwujud verbal. Appell adalah
permintaan yang ditujukan
kepada
orang lain.
Darstellung adalah penggambaran masalah pokok yang dikomunikasikan.
3.
Wundt (1932-1920)
Ialah pakar psikologi Jerman yang pertama kali mengembangkan teori mentalistik bahasa.
Wundt mengjelaskan bahasa alat
untuk melahirkan
pikiran. Hal ini terjadi karena terdapat perasaan-perasaan serta
gerak-gerak
yang melahirkan
bahasa
secara tidak sadar. Menurut Wund, satu kalimat merupakan suatu kejadian akal yang terjadi secara serempak. Wundt
pun terkenal dengan
teori performansi bahasa (language
performance).
Teori ini menjelaskan dua aspek, yakni fenomena luar (citra bunyi) dan fenomena dalam (rekaman pikiran).
4.
Watson (1878-1958)
Menyamakan antara perilaku berbahasa dengan
perilaku lainnya seperti makan,
berjalan, dll.
Perilaku bahasa menurut
Watson adalah hubungan stimulus-respons (S-R) yang menyamakan perilaku kata-kata dengan benda-benda.
Dengan demikian,
pakar psikologi berkebangsaan Amerika ini menganut aliran psikologi behaviorisme.
5.
Weiss
Mengakui adanya aspek mental dalam bahasa. Hanya saja, karena wujud
bahasa tidak tampil secara
fisik maka sukar dikaji dan diwujudkan
kecuali
jika bahasa berada
pada
konteks
sosialnya.
Weiss banyak berjasa
bagi perkembangan awal psikolinguistik,
beberapa masalah yang berhasil dipecahkan Weiss secara psikologi-bahasa menurut alirannya,
behaviorisme adalah :
1.
bahasa merupakan satu kumpulan respons yang jumlahnya tidak
terbatas terhadap suatu stimulus.
2.
pada dasarnya, perilaku bahasa menyatukan anggota suatu masyarakat ke dalam organisasi gerak syaraf.
3.
perilaku bahasa adalah sebuah alat
untuk mengubah
dan meragamkan kegiatan seseorang sebagai hasil warisan dan hasil perolehan.
4.
Bahasa dapat merupakan stimulus terhadap suatu respons.
5.
respons bahasa sebagai suatu stimulus pengganti untuk benda dan
keadaan yang sebenarnya memungkinkan
kita untuk memunculkan
kembali suatu hal yang pernah terjadi, dan menganalisis kejadian ini
dalam bagian-bagian.
D. Kerjasama Psikologi dan Linguistik
Kerja sama kedua disiplin ilmu
ini
pertama kali berlangsung pada
tahun 1860. Pada saat
itu, Heyman Steinthal
seorang ahli psikologi
yang beralih menjadi
linguis dan Moritz Lazarus ahli linguistik yang beralih
menjadi ahli psikologi menerbitkan jurnal “Zeitschrift fur Volkerpsychologie und
Sparch Wissenschaft” (Jurnal Psikologi sosial dan Linguistik). Menurut
Steinthal, ilmu psikologi tidak mungkin dapat hidup tanpa ilmu linguitik.
Pada tahun 1901, Albert Thumb (ahlilinguistik) dan Karl Marbe (ahli psikologi) menerbitkan buku berjudul Experimentelle Untersuchungen iiber die PsychologishenGrundallen der Sparchichen Analogiebieldung. Kedua pakar tadi
menggunakan kaidah-kaidah psikologi eksperimental
untuk meneliti hipotesis-hipotesis
linguistik yang menghasilkan pengaruh sangat kuat akan
lahirnya psikolinguistik. Sebuah lembaga sosial Amerika bernama Social Science Research Council
menyelenggarakan sebuah seminar tahun 1951 mempertemukan para pakar linguistik, psikologi, patologi, ahli-ahli teori informasi, dan pembelajaran bahasa.
Mereka merumuskan
hubungan kerjasama antara psikologi dan linguistik. Kemudian pada tahun 1953, Osgood (linguis), Sebeok (linguis),
dan Caroll (ahli psikologi) bertemu
dalam seminar di Universitas
Indiana Amerika Serikat. Pertemuan ini
menghasilkan buku
Pscholinguistics : A Survey of Theory and Research Problems. Buku ini kemudian disunting oleh Osgoods dan Sebeok. Inilah
buku psikolinguistik pertama
yang menggunakan
istilah psikolinguistik.
Sebelumnya
Albert Thumb dan Karl
Marbe tidak memakai nama itu.
Tahun 1946, N.H. Pronko dalam artikelnya
yang
berjudul “Language and Psycholinguistics : A Review”
dimuat dalam
jurnal Psychological Bulletin.
Pronko mengaku istilah psikolinguistiknya
diperoleh
dari
gurunya
Jacob
Robert Kantor
dalam
buku An
Objective
Psycology of Grammar(
1936).
Dasar-dasar ilmu psikologi menurut Osgoods dan Sebeok adalah :
1.
Psikolinguistik adalah suatu teori linguistik berdasarkan bahasa yang
dianggap sistem elemen yang saling berhubungan erat.
2.
Psikolinguistik adalah satu teori pembelajaran (menurut behaviorisme)
yang
berdasar pada bahasa yang dianggap sebagai sistem tabiat.
3.
Psikolinguistik adalah satu teori informasi yang menganggap bahasa sebagai alat untuk menyampaikan suatu
benda.
E. Psikolinguistik sebagai Disiplin Mandiri
Dibukanya program khusus psikolinguistik pada tahun 1953 oleh R. Brown meruapakn tanda formal ilmu ini adalah disiplin mandiri. Sarjana pertama disiplin ilmu ini adalah Eric Lenneberg. Pakar lain yang kemudian
muncul adalah Leshley, Osgoods, Skinner, Chomsky, dan Miller yang kesemuanya sangat berjasa bagi perkembangan psikolinguistik.
Pada tahun 1957 Skinner menerbitkan buku Verbal Behaviour. Pada tahun yang
sama
Chomsky
mengeluarkan buku
Syntactic
Structure. Kemudian
Leshley berpendapat bahwa lahirnya suatu ucapan bukanlah pertalian
serentetan
respeons tetapi
merupakan
kejadian serempak, dan
secara tidak langsung struktur sintaksis ucapan itu dihubungkan dengan
bentuk urutannya.
George Miller dalam artikelnya yang berjudul “The Psycolinguistics” (1965) menjelaskan bahwa lahirnya ilmu psikinguistik karena kontribusi ilmu
psikologi yang mengakui bahwa akal manusia menerima lambang-lambang
linguistik, sedangkan linguistik mengakui
bahwa diperlukan psiko-motor- sosial untuk menggerakkan tata bahasa. Miller pun memperkenalkan teori
generatif
transformasi Chomsky
yang menganggap
bahwa
bahasa
merupakan kemampuan manusia yang sangat rumit. Oleh karena itu, tugas peikolinguiatik adalah meneliti kemampuan
yang
rumit itu dengan terperinci. Miller pun menegaskan
bahwa bahasa bukan hanya
mempermasalahkan arti tetapi bagaimana kekmampuan manusia dalam mengatur syaraf-sayaraf atau kalimat-kalimat baru yang sangat berguna.
Jika disimpulkan, pada awalnya, psikolinguistik beraliran
behaviorisme.
Namun, berdasarkan perkembangannya
yang bersifat
mentalis dan mencoba menjelaskan hakikat rumus yang dihipotesiskan, maka
kajian psikolinguistik pun semakin berkembang pada arah kognitif.
Lahirnya
tata bahasa generatif oleh Chomsky
merupakan inovasi tersendiri di bisang ini. Oleh karena itu, Chomsky disebut sebagai “Bapak Linguistik Modern” sedangkan Wilhem Wundt disebut sebagai “Bapak Psikolinguistik Klasik”.
F. Tiga Generasi Psikolinguistik
Perkembangan disiplin ilmu
psikolinguistik telah merangsang
Mehler
dan Noizet
untuk menulis
artikel “Vers
une
Modelle Psycholinguistique du Locuter” (1974) yang dimuat di Textes Pour une
Psycholinguistique.
Dalam artikel ini dijelaskan bahwa ada tiga generasi
perkembangan psikolinguistik.
1.
Psikolinguistik
Generasi Pertama
Psikolinguistik generasi pertama ini ditandai oelh penulisan
artikel “Psycholinguistics
: A
Survey of Thery and Research Problems”
yang
disunting oleh C. Osgoods dan Sebeok. Maka kedua tokoh ini
dinobatkan sebagai tokoh psikolinguistik generasi pertama.
Titik pandang Osgoods
dan
Sebeok dipengaruhi aliran behaviorisme.
Menurut Parera (1996) dalam Abdul Chaer generasi pertama memiliki
tida kelemahan :
a.
adanya sifat
reaktif
dari
psikolinguistik tentang
bahasa yang
memandang bahwa bahasa bukanlah satu tindakan atau
perbuatan manusiawi melainkan dipandang sebagai satu stimulus-respons.
b.
psikolinguistik bersifat atomistik.
Sifat ini nampak jelas ketika
Osgoods mengungkapkan teori pemerolehan bahasa bahwa
jumlah pemerolehan
bahasa adalah kemampuan untuk
membedakan
kata atau bentuk yang berbeda, dan kemampuan
untuk melakukan generalisasi.
c.
bersifat
individualis. Teorinya
menekankah
pada
prilaku berbahasa individu-individu yang
terisolasi
dari
amsyarakat dan komunikasi nyata.
Tokoh lain psikolinguistik generasi pertama ini adalah Bloomfoeld dan Skinner.
2.
Psikolinguistik Generasi Kedua
Teori-teori generasi pertama ditolak oleh beberapa tokoh seperi Noam Chomsky dan George Miller.
Menurut Mehler dan Noizet, psikologi generasi kedua telah menagatasi ciri-ciri atomistik psikolinguistik.
Psikologi generasi
ini berpendapat bahwa dalam proses berbahasa bukanlah butir-butir bahasa yang diperoleh, melaikan kaidah
dan
sistem kaidahnya. Di sini, orientasi
psikologis digantikan oleh orientasi linguistik.
Penggabungan antara Miller
dan
Chomsky meruapakan penggabungan model-model linguistik tatabahasa
Chomsky yang relatif berbeda dengan proses-proses psikologi. Malah
Mehler
dan Noizet mengatakan bahwa psilinguistik generasi kedua
anti-psikologi. Tokoh fase ini lebih mengarah
pada
manifestasi
ujaran sebagai bentuk
linguistik.
G.S.
Miller
dan Noam Chomsky menyatakan beberapa hal tentang psikolinguistik generasi
kedua ini
dalam artikel “Some
Preliminaries to
Psycholinguistics” :
a. Dalam komunikasi
verbal,
tidak
semua
ciri-ciri
fisiknya jelas
dan terang, dan tidak semua ciri-ciri yang etrang dalam ujaran mempunyai
representasi fisik.
b. makna sebuah tuturan tidak boleh dikacaukan dengan apa yang ditunjukkan. Makna adalah sesuatu yang sangat kompleks yang menyangkut antar hubungan simbol-simbol
atau lambang-lambang. Respons yang terpenggal-penggal terlalu menyederhanakan manka
secara keseluruhan.
c. Struktur sintaksis sebuah kalimat terdiri atas satuan-satuan interaksi antara makna kata yang terdapat dalam kalimat tersebut.
Kalimat- kalimat itu tersusun secara hierarkis, tetapi belum cukup menjelaskan
wujud luar linguistik.
d. Jumlah kalimat dan jumlah makna yang dapat diejawantahkan tidak terbatas jumlahnya.
Pengetahuan seseorang akan bahasa
harus dikaitkan dengan
kemampuan seseorang menyusun bahasa dalam sisitem sintaksis dan semantik.
e. Harus dibedakan
antara pendeksripsian bahasa denga pendeskripsian pemakaian bahasa. Seorang ahli psikolinguistik harus merumuskan model-model pengejawantahan bahasa yang dapat meliputi pengetahuan kaidah bahasa.
f.
Ada komponen biologis yang besar untuk menentukan kemampuan berbahasa.
Kemampuan berbahasa ini tidak tergantung apada intelegensi
dan
besarnya otak, melainkan bergantung pada “manusia”.
3.
Psikolinguistik Gegerasi Ketiga
Psikolinguistik generasi kedua menyatakan bahwa analisis mereka mengakui bahasa telah melampaui batas kalimat. Namun, pada kenyataannya, analisis mereka baru sampai pada tahap kalimat saja, belum pada
wacana.
Kekurangan analisis pada psikolinguistik generasi kedua
kemudian diperbaharui oleh psikolinguistik generasi ketiga. G. Werstch dalam bukunya Two Problems
for the New Psycholinguistics memberi
karakteristik baru ilmu ini sebagai “psikolinguistik baru”.
Beberapa ciri
psiklonguistik generasi ketiga ini adalah :
a.
Orientasi mereka kepada psikologi, tetapi bukan psikologi perilaku. Seperti yang diungkapkan Fresse dan Al Vallon (Prancis) dan
psikolog Uni Soviet, telah terjadi proses serempak
dari informasi
psikologi dan linguistik.
b.
Keterlepasan mereka dari kerangka “psikolinguistik kalimat”, dan lebih mengarah pada “psikolnguistik situasi
dan
konteks”.
c.
Adanya pergeseran dari analisis proses ujaran yang abstrak ke satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan pikiran.
Sebetulnya, psikolinguistik di Rusia lebih dahulu berkembang
dari pada di negara-negara
Barat. Hal ini terjadi karena sejak awal psikolinguistik di Rusia telah memperhitungkan
perilaku komunikasi dan perpikiran dalam
analisis psikolinguistik. Selain itu,
psikolinguistik di Rusia dikenal dengan
istilah “Teori Aktivitas Ujaran” yang mendasarkan dirinya
pada postulat bahwa perilaku
manusia bersifat aktif, porpusif, dan
inovatif.
Postulat ini di negara
batar belum tercapai.
Bab III
Kesimpulan
1.
Terdapat
banyak para ahli yang memberikan suatu pengertian tentang psikolinguistik.
2.
Psikolinguistik
ternyata berhubungan dengan ilmu-ilmu tentang filsafat.
3.
Ilmu psikologi tidak mungkin dapat hidup tanpa ilmu linguitik.
DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjojo, Sunjono. 2003. Psiko-Linguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta :
Yayasan Obor.
Djumransjah. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang : Bayumedia
Publishing.
Mar’at, Samsuniwiyati.
2005. Psikolingusitik Suatu Pengantar.
Bandung : Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar