Rabu, 23 Januari 2013

Langkah-langkah Penelitian Rancangan Usaha Penelitian



Bab I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Di dalam membuat sebuah penelitian, tentunya seorang peneliti harus mempunyai sebuah kerangka berfikir atau rancangan penelitian. Rancangan tersebut harus sudah dipahami dengan benar karena merupakan syarat untuk meneruskan penelitiannya ke tingkatan yang lebih rumit. Bada butir-butir pembahasan ini akan dijelaskan mengenai langkah awal yang harus diambil oleh peneliti untuk melakukan penelitian dengan baik dan benar. Jika pada awal penelitian sudah tepat,m kita akan lebih merasa terbantu untuk meneruskannya. Tetapi jika salah dalam pengambilan langkah awal, maka akan terasa sulit dalam menjelaskan selanjutnya.

B.     Masalah
1.        Bagaimana membuat sebuah penelitian dengan memperhatikan tinjauan kritis?
2.        Bagaimana cara peneliti menghubungkan setiap bagian-bagian kerangka penelitiannya?

C.     Tujuan
1.        Bisa membuat sebuah penelitian dengan memperhatikan tinjauan kritis.
2.        Bisa menghubungkan setiap bagian-bagian kerangka penelitiannya




D.    Manfaat
1.      Manfaat Teoritis
a.       Bisa mengoreksi dan memahami sebuah penelitian
b.      Bisa membuat penelitian dengan baik dan benar
2.      Manfaat Praktis
a.    Bisa mengajarkan kepada peserta didik tentang cara membuat sebuah penelitian.
b.    Bisa menilai dan menguji sebuah penelitian dengan melihat tinjauan kritisnya.











 Bab II
Pembahasan
A.      Langkah-langkah Penelitian Rancangan Usaha Penelitian
Kerja  penelitian  seorang  ilmuwan  yang  didominasi  oleh  sikap  yang kritis  memperlihatkan  fase-fase  berpikir  sebagaimana  yang  dikemukakan  oleh Dewey  (dalam  Nazir,  1983:73),  yaitu:  
1.    Mengetahui adanya masalah,
2.    Mengidentifikasi  masalah,
3.    Memperkirakan alat untuk memecahkan masalah, seperti teori,
4.    Inventarisasi dari pengolahan data sebagai bukti, dan penyimpulan.

1.    Latar Belakang Masalah
Bagian latar  belakang pada  dasarnya  mengemukakan:
1.    Alasan mengapa  penelitian  itu  perlu  dilaksanakan, 
2.    Relevansi  penelitian  itu  dengan penelitian-penelitian  lain, 
3.    Apa perbedaan penelitian itu dengan penelitian serupa yang telah dilaksanakan,
4.    Informasi  lain  apa  yang  berkaitan dengan penelitian itu.

2.    Identifikasi Masalah
Perumusan  masalah  atau  identifikasi  masalah  adalah  pangkal  dari penelitian  dan  merupakan  langkah  penting  yang  cukup  sulit  dalam  penelitian ilmiah. Kesulitan yang dimaksud menyangkut kemampuan  mengorganisasikan masalah secara logis, sistematis, dan fungsional. Tujuan dari  identifikasi  masalah  (pemilihan  dan  perumusan)  dalam kegiatan  penelitian  sastra  adalah  untuk:
1.    Mengorganisasikan  secara  logis,
2.    Pemusatan  penelitian
3.    Peletak  dasar
Menurut Nazir (1985: 134-135),  ciri-ciri masalah yang baik adalah:
1.    Masalah  yang dipilih  harus  mempunyai  nilai  penelitian,
2.    Masalah  yang dipilih  harus  mempunyai fisible,
3.    Masalah  yang dipilih  harus  sesuai dengan kualifikasi si peneliti.

3.    Tujuan Penelitian
Tujuan  pokok  penelitian  adalah  untuk  menemukan  atau  menggali, mengembangkan, dan  menguji teori  atas  sejumlah  data  yang  digunakan  dalam  penelitian. Tujuan  penelitian  merupakan  penjabaran  rill  dari rumusan  masalah yang  akan  dipecahkan  melalui  kegiatan  analisis  data.  Secara   ideal,  tujuan penelitian  harus mewadahi  seluruh masalah yang telah dipilih dan  dirumuskan.

4.    Landasan Teori
Teori  adalah  seperangkat construct (konsep  yang saling  berhubungan), rumusan-rumusan  dan  preposisi  yang  menyajikan  suatu  pandangan  yang sistematis  suatu  fenomena  dengan  menspesifikasikan  hubungan-hubungan antarvariabel  dengan  tujuan  untuk  menjelaskan  dan  memprediksi  gejala (Kerlinger dala m Pradopo, 2001:2).
Adapun  Ratna ( 2004: 94-95)  menya takan,  sebagai akumulasi konsep, teori  tidak  harus  dipahami  secara  kaku.  Aspek  statisnya  adalah  konsep-konsep  dasar  yang  membangun sekaligus  membedakan  suatu  teori  dengan  teori  yang  lain.  Aspek-aspek  dinamisnya  adalah  konsep-konsep  dasar  itu  sendiri sesudah dikaitkan dengan  hakikat  objeknya. Analisis  sastra  kontemporer  jelas model analisis  yang dimaksud tidak sesuai dan  tidak  diperlukan sebab  prinsip-prinsip poststrukturalisme mempersaratkan  pemahaman  yang  tidak  harus dilakukan melalui suatu kerangka analisis yang sudah baku.

5.    Metodologi
Yang dimaksud  metolodologi  dalam  kepentingan penyusunan penelitian  dan menjadi bagian dari tahap penyusunan tersebut terbagi ke dalam dua  wilayah  pengertian, yaitu :
1.    Metode yang digunakan sebagai  alat
2.    Metode  kajian  yang  mengindikasikan  adanya kerja bersistem 
Djajasudarma  (1993:  57-58)  dalam  pespektif  linguistik  menyebutkan bahwa metode kajian adalah cara kerja yang bersistem di dalam bahasa dengan bertolak  dari  data   yang  dikumpulkan    (secara  deskriptif)  berdasarkan  teori (pendekatan) linguistic, sejalan  dengan  uraian di atas,  maka  metode  dalam  kajian  sastra  pun mengarahkan  pada  penjelasan  teknis  baga imana  tujuan  penelitian  dapat ditempuh  berdasarkan  pembahasan  yang  teroganisir,  siste matik,  padu,  dan menyeluruh  melalui  teknik  pemupuan  data,  pemilihan,  dan  pengolahan data secara tepat dan memadai. Nazir  (1985:  422-440)  menyebutkan  beberapa jenis hubungan yang perlu diketa hui dari variabel penelitian.  Hubungan variabel yang dimaksud adalah:
1.      Hubungan simetris
2.      Hubungan asimetris
3.      Hubungan timbal balik

B.       Kemampuan Menguraikan Latar Belakang Masalah dan Identifikasi Masalah
pangkal  dasar  sekaligus  kesulitan  mendasar  yang  ditemui  peneliti dalam  sebuah  rancangan  usula n  penelitian  sastra  ada lah  menemukan  masalah yang layak diangkat  dalam sebuah penelitian sesungguhnya. Dalam menyusun rancangan usulan penelitian,  idealnya penelitian diawali dari sejumlah masalah yang ditemukan setelah  proses  membaca dan memahami objek  materia l (karya sastra).  Masala h-masalah  yang  dimaksud  tentunya  berpangkal  dari  kepekaan literer dan teoritik peneliti saat menghadapi objek penelitian. Akan  tetapi  bagi  peneliti  yang  memanfaatkan  kepekaan  literer  dan kemampuan  teoretiknya secara baik, dimungkinkan dari hasil pengamatan dan pemahamannya  terhadap  objek  berbentuk  karya  sastra  akan  menghasilkan banyak  masalah.  masalah  dari  seluruh  masalah  yang  telah  dihimpun  untuk  dijadikan  dasar penelitiannya. 

C.      Kemampuan Menjabarkan Tujuan Penelitian
Seperti  telah  disinggung  pada  uraian  sebelumnya,  penjabaran  tujuan penelitian  erat  kaitannya  dengan  identifikasi  masalah.  Penjabaran  tujuan penelitian  harus  berpangkal  pada  identifikasi  masalah  yang  telah  disusun. Penjabaran tujuan penelitian di atas tampak terlalu umum dan belum mengarah kepada kepentingan pendeskripsian secara cermat dan mendetail. Kepentingan yang dimaksud adalah  mengeksplisitkan  sejumlah  tujuan  berdasarkan pembatasan masalah. Dalam hal ini, hal-hal yang harus dicermati:
1.    Tujuan  pertama  yang  menyangkut pendeskripsian masalah-masalah  yang ada  dalam  kedua  novel  harus  dieksplisitkan  secara  spesifik,
2.    Tujuan kedua yang menyangkut pendeskripsian struktur yang  terbentuk dari  kedua  novel perlu dieksplisitkan  secara  spesifik.
3.    Tujuan ketiga yang menyangkut pengungkapan keterjalinan  antarunsur hendaknya  dispesifikasikan  ke  dalam   penjabaran,
4.    Tujuan keempat yang menyangkut penelusuran tema dan amanat hendaknya dijabarkan pada kepentingan  pembicaraan menyeluruh.

D.      Kemampuan Menyajikan Landasan Teoretis
Sejalan  dengan  tanggapan  pada  tingkat  keberhasilan  penyusunan rancangan  usulan  penelitian  pada  materi  sebelumnya, pada langkah penyusunan Landasan Teori,  ketersediaan  objek  formal  (kajian struktural)  mengarahkan  peneliti  untuk  secara  tepat  memilih  landasan teori yang akan digunakan. Ketersediaan yang dimaksud adalah:
1.    Kajian struktural objektif
2.    Kajian struktural genetic
3.    Kajian struktural naratif
4.    Kajian struktural dinamik

E.       Kemampuan Menyajikan Metode
Kemampuan menguraikan secara tepat di dalam subbab metodologi pun kurang memadai. Kekurangan  yang dimaksud adalah keterba tasan uraian  yang tidak menjangkau ilustrasi metodis menyangkut:
1.      Metode Deskriptif
Walaupun  secara  jelas  peneliti  mendeskripsikan definisi metode tersebut,  tetapi  tidak  ditindaklanjuti dengan  uraian  yang  mengarah  kepada bagaimana  metode ini akan dijalankan  dalam  penelitian dan pencapaian yang dimungkinkan  bisa  secara nyata menunjukkan  hubungan  fungsional  dengan tujuan  penelitian.
2.      Metode Kajian
Metode  yang  digunakan  dalam  kajian  ini  adalah  metode struktural  dengan  pendekatan  obje ktif.  Struktural  adalah  sebuah karya  atau  peristiwa  di dalam  masyarakat  menjadi  keseluruhan karena ada  timbal balik antarunsur. Bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin  keterkaitan  dan  keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan kemenyeluruhan (Teeuw, 2003:112)
Adapun  data  yang  dikaji berpusat kepada: 
a.       masalah (bahan tematik)  menjadi  dasar  penceritaan  novel, 
b.      struktur  cerita, 
c.       keterjalinan antarunsur dalam novel,
d.      tema dan amanat.



Bab III
Penutup

A.    Simpulan
a.       Dalam membuat sebuah penelitian harus memperhatikan dengan benar tentang kerangka serta judul-judul subbab tersebut.
b.      Dari kesemua subbab penelitian ternyata mempunyai keterkaitan yang sangat erat.

B.     Saran
a.       Buatlah sebuah penelitian dengan memperhatikan kerangka subbab dengan benar
b.      Buatlah sebuah penelitian menjadi menarik dengan keteratuan serta ke keserasian yang tinggi.










Daftar Pustaka


Hudayat, Asep Yusuf. (2007). Metode Penelitian Sastra. Bandung.

Kutha Ratna, S.U, Prof. Dr. Nyoman. (2004). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar